Sabtu, 31 Januari 2009

Seutas Senar Putus Di Gitar


Sumbang benar gitar itu,
ketika harus khusuk mengiringi lagu Garuda Pancasila :

“Garuda Pancasila, akulah pendukungmu, patriot proklamasi, sedia berkorban untukmu. ……”.

seutas senarnya putus,

dipotong patriot sejati yang siuman dari kuburnya,
karena mendadak melihat, mendengar dan membaui
lagu itu dinyanyikan oleh
patriot periuk nasi,
patriot peleceh konstitusi,
patriot pencari rekomendasi,

Tetapi apa boleh dikata,
demi stabilitas, demi teladan bagi generasi selanjutnya,
lagu harus selesai.

Cibinong, 16 Februari 2002
Dari Album III (Emprit Kedandul)
Sastrawan Batangan

Selasa, 13 Januari 2009

Mantan-mantan Dasi


Mantan-mantan dasi yang pernah menggelantung di kerah baju,
dan kini ada yang teronggok di almari, ada yang sudah pergi entah ke mana,
bisa bercerita banyak bila ia bisa bercerita,

bahwa ia pernah diajak tuannya main “game” komputer di sela-sela jam kantornya,
bahwa ia pernah diajak tuannya bertemu temannya lalu menggunjing bosnya,
bahwa ia pernah diajak tuannya memarahi anak buahnya,
bahwa ia pernah diajak tuannya membikin apik laporan keuangan untuk mendapatkan dana,
bahwa ia pernah diajak tuannya main syahwat dengan sekondan gelapnya,
bahwa ia pernah diajak tuannya menyumpahi kendaraan lain yang tiba-tiba memotong jalur mobilnya,

Mantan-mantan dasi yang pernah menggelantung di kerah baju,
dan kini ada yang teronggok di almari, ada yang sudah pergi entah ke mana,
hanya tersenyum maklum bila ia bisa tersenyum,
karena ia hanya selembar dasi,
yang tak bisa memberikan peringatan,
kepada tuannya.

Cibinong 3 November 1996,
Album II : KopatKapit
Sastrawan Batangan,

Jumat, 09 Januari 2009

Antara Tidur Dengan Tidur

Sewaktu berangkat tidur,
sadar ataukah tidak, bersyukur ataukah tidak, mau ataukah tidak,
aku dan kamu harus menutup bacaan hari itu,
harus menyerahkan jiwa itu kepada Dia Yang Maha Memegang Jiwa,
lalu kehendak Dialah yang berlaku,
terserah Dialah jiwa itu mau diapakan,
mau dipegang terus ataukah mau dilepaskan lagi.


Ketika bangun tidur,
sadar ataukah tidak, bersyukur ataukah tidak, mau ataukah tidak,
aku dan kamu harus membuka bacaan hari itu,
harus menerima jiwa itu dari Dia Yang Maha Melepaskan Jiwa,
lalu kehendakkulah dan kehendakmulah yang berlaku,
terserah akulah dan terserah kamulah jiwa itu mau diapakan,
mau dikotori ataukah mau dibersihkan.

Maka ketika bangun dari tidur itu,
sadar ataukah tidak, bersyukur ataukah tidak, mau ataukah tidak,
aku dan kamu mesti membaca lagi bacaan nyata yang datang silih berganti,
dari bangun sampai saat tidur lagi,

dan oleh karena itulah aku dan kamu mohon
lindungan saat tiupan kefasikan datang masuk jiwa,
dan oleh karena itulah aku dan kamu mohon
diberi pengetahuan sehingga memahami arti bacaan
dan oleh karena itulah aku dan kamu mohon
diberi kekuatan lahir-batin
saat menjalani ketakwaan dan menghindari kefasikan,

Tetapi itu semua adalah upaya,
sementara yang silih berganti datang dan pergi,
di luar kendali aku dan kamu,
adalah juga kehendak Dia

Mudah-mudahan aku dan kamu masuk dalam kehendakNya,
sehingga kembali dengan jiwa yang tenang, hati ikhlas serta diridhaiNya,
saat mau tidur, selama tidur dan setelah bangun dari tidur,
saat jiwa dipegang dan saat jiwa dilepaskan.


Cibinong, Bogor, Januari 2002
Album III : Emprit Kedandul
SastrawanBatangan

Kamis, 08 Januari 2009

Gula-gula Geli-geli

Gula-gula bikin geli-geli,
ada di mana-mana,
di pinggir-pinggir jalan,
di pinggir rel-rel kereta,
di taman-taman,
di semak-semak,
di balik tenda-tenda plastik atau kardus,
di hotel-hotel,
di apartemen-apartemen,
di ruang-ruang kantor.
Lalu ada lagi gula-gula bikin geli-geli,
ketika seorang mandor sembari ‘ngemut’ permen gula asam,
digelitik gula-gulanya
yang juga ‘ngemut’ gula kristal
di tengah komplek pabrik gula.
Whalayaowww, di mana-mana banyak gula-gula bikin geli-geli.
Kemarin sebelum kemarin,
mas kiai, mas pendeta, mas bikshu, mas pastor
sempat bicara :”… Dik jangan makan gula-gula penyebab geli-geli … nanti dosa’”.
Lalu kemarin setelah kemarin dulu,
mas nalar bicara :
“ Hei tuan yang punya tubuh… jangan makan gula-gula penyebab geli-geli nanti sakit diri sendiri…”.
Lalu iklan gula-gula di tivi memberi pesan :
“Jangan geli-geli memakan gula-gula…
nanti gula-gula tidak laku
dan pabrik gula-gula tutup””
Lantas bagaimana ?
Makan saja gula-gula permen,
jangan makan gula-gula penyebab geli-geli.

Oktober 1996
Dari Album I : Kongkalikong
SastrawanBatangan; Cibinong