Minggu, 27 September 2009

Nyai Dasima, Siti Nurbaya, Roro Jonggrang, Cleopatra Ketemu Di Plaza


Kemarin si cantik Nyi Dasima pergi ke plaza di tengah kota,
berkenalan dengan si cantik Cleopatra
yang sedang menjajal busana,

berkenalan dengan si cantik Roro Jonggrang,
SPG yang sedang menjajakan rokok entah merek apa
berkenalan dengan si cantik Siti Nurbaya,
pemilik toko yang sedang menunggui barang dagangannya


Saat berbincang dengan mereka,
Nyi Dasima sering cemberut meski berakhir dengan senyum manisnya,
melihat banyak pria mengumbar mata memandangi mereka,
seolah-olah menganggap wanita bisa dilihat semena-mena.


Nyi Dasima kembali pulang
ke rumahnya di Kelapa Dua, selatan Jakarta,
membawa oleh-oleh sejumlah kartu nama para kenalannya
dan ketika ingat apa sebab dia cemberut meski berakhir dengan senyum manisnya,
iapun lalu mengkontak para kenalannya
membuat janji ketemu lagi
untuk menyusun siasat memprotes kaum pria,
agar jangan sembarangan saja mengumbar mata


Nyi Dasima, Siti Nurbaya, Roro Jonggrang dan Cleopatra,
adalah nama-nama pemberian orang tua mereka
karena kagum kecantikan dan riwayat
Nyi Dasima, Siti Nurbaya, Roro Jonggrang dan Cleopatra .

Sastrawan Batangan, 3 November 1996/ 28 September 2009

Selasa, 22 September 2009

Harap Kamu Catat Ini, Anakku

Aku dan generasiku mewarisi banyak kebiasaan masa lalu,
kebiasaan yang meliputi bangsa kami,
yang mau tak mau mesti kami tonton,

bahkan sering kami tak kuasa untuk tidak mengikutinya.
Tapi manakala kami sadar dan paham, kami perlu memberitahumu, anakku
Maka harap kamu catat ini,
agar kamu dan generasimu tahu
mana yang lurus, mana yang bengkok.


Bukankah di masa kecilmu telah kuajarkan
agar kamu membiasakan diri tertib tidak rebutan,
Tetapi di luar sana di dewasa kamu,
kamu melihat kebiasaan menjadi fakta di hari-hari hidupmu,
kebiasaan orang berebutan sekolah,
kebiasaan orang berebutan pekerjaan,
kebiasaan orang berebutan jabatan,
kebiasaan orang berebutan tanah,
kebiasaan orang berebutan lapak untuk berjualan,
kebiasaan orang berebutan pembagian BLT, sedekah dan zakat,
kebiasaan orang berebutan apa saja agar cepat dan segera dapat bagian.
Apakah ini akibat rebutan tumpeng yang ditradisikan oleh raja-raja dulu
dan tetap dipelihara oleh kraton-kraton sampai sekarang ini ?


Maka apapun sebabnya,
janganlah terpesona sehingga kamu hanya menjadi penonton saja,
janganlah kecewa karena kamu tidak dapat bagian
janganlah sok idealis sehingga kamu hanya bergunjing dan berwacana saja
janganlah sakit hati sehingga kamu menjadi teroris
karena menjadi penonton, kecewa, bergunjing dan berwacana adalah sama.
Sama-sama tidak menyelesaikan masalah,
apalagi menambah masalah dengan menjadi teroris


Lalu apa sebaiknya, anakku ?
Sederhana saja, sebagaimana Sang Pencipta Semesta Alam dengan sederhana berpesan
bahwa dengan selalu segera ingat Dia,
selalu segera mempelajari risalahNya,
selalu segera memberi dan memberikan kebaikan untuk meneruskan kasihsayangNya,
selalu segera menganjurkan kebaikan
tanpa minta hasilnya harus terwujud segera,
tanpa minta upah kecuali dariNya
Itulah yang akan menyelamatkanmu,
dan itulah yang perlu segera kamu lakukan


Maka harap kamu catat ini, anakku
agar kamu dan generasimu tahu
mana yang lurus, mana yang bengkok,


Hikmah bersilaturahmi selama Lebaran 1430 H),
Cibinong, 23 September 2009
Sastrawan Batangan

Sabtu, 19 September 2009

Cucuku, Cucu Saudara Sebangsa Segenerasiku

Anak yang engkau lahirkan dari rahimmu, anakku,
itu adalah cucuku.
Dia adalah darahku, darah isteriku, darahmu, darah suamimu, darah bangsaku
dan itu adalah karunia besar,
yang melengkapi nikmat hidup nyataku
nikmat hidup nyata yang tidak sempat dinikmati ayahku,
karena dia telah pergi di saat aku masih kecil,
belum sempat menimang cucu.



Anak yang engkau lahirkan dari rahimmu, anakku,
itu adalah cucuku.
Dia adalah darahku, darah isteriku, darahmu, darah suamimu, darah bangsaku,
yang kelak walaupun pintar dan punya kedudukan,
karena gizi, miliu, pendidikan dan segalanya serba tercukupi,
tetap saja setumpuk tugas berat menghadang di depannya
karena aku dan saudara sebangsa yang segenerasi denganku.
lupa mempedulikan sebagian generasinya yang miskin dan bodoh
yang karena itu jauh dari beasiswa, terlunta, terpinggirkan
yang akhirnya di kala besar karena bodoh dan miskinnya itu,
menjadi beban cucuku,
beban cucu saudara sebangsa yang segenerasi denganku.


Anak yang engkau lahirkan dari rahimmu, anakku,
itu adalah cucuku,
dia adalah darahku, darah isteriku, darahmu, darah suamimu, darah bangsaku.
Semoga dia kelak tidak mengulangi sejarah lupaku,
sejarah lupa saudara sebangsa yang segenerasi denganku
yang membiarkan anak kecil miskin dan bodoh,
menunggu orang lain dan pemerintah turun tangan,
lupa itu tanggung jawab bersama,
sehingga menjadi beban masa depan
cucuku, cucu saudara sebangsa yang segenerasi denganku.


Sastrawan Batangan, 20 September 2009,
(menyambut 9 bulan kelahiran cucunya)