Selasa, 21 April 2009

Berat Senang Sang Isteri

Sungguh berat sang isteri,
selagi jiwanya diserbu oleh fasik dan takwa,
yang selalu datang kapan saja,
ia mesti merangkum semua
agar
tidak sekadar menjadi ibu anak-anak,
agar
tidak sekadar menjadi anak bagi orang tua suami dan dirinya sendiri,
agar
tidak sekadar menjadi saudara bagi keluarga suami dan dirinya sendiri
agar
tidak sekadar berhias, belanja dan mengatur rumah tangga
agar
tidak sekadar bekerja terpaksa atau karena kemauan dirinya sendiri,
agar
tidak sekadar menjadi isteri, kembang dan kekasih suaminya,
agar
tidak sekadar terminal cinta terakhir tapi juga yang pertama bagi suaminya,
agar
tidak sekadar tahu dan menghayati namun juga menyertai gejolak hati suami,

Sungguh senang sang isteri,
saat jiwanya sudah melepas keluh, kesah, berat dan susah,
saat jiwanya sudah dikawini oleh penyejuk hati,
saat jiwanya sudah menyerap semua pemahaman,
bahwa dengan memberi dan memberilah maka ia akan diberi,
baik di jagad sini maupun di akhirat sana.

Cibinong, 21 April 2009
SastrawanBatangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar