Sabtu, 04 April 2009

Cingur Mbak Mega (3)


Mbak Mega, penjual rujak cingur, menatap foto wajah Mbak Mega,
presiden wanita pertama Indonesia,
yang hari itu terpampang di halaman depan koran,
yang tergeletak di atas meja warung,
lupa dibawa pemiliknya

Dan Mbak Mega, penjual rujak cingur, lantas bergumam dalam hati :

”Mbak Mega yang ada di foto itu adalah
mantan presiden
ketua partai….
isteri Taufik Kiemas
ibu Puan Maharani
wanita yang tidak perlu bersusah-susah mencari nafkah buat keluarganya...”

Mbak Mega, penjual rujak cingur,
tergelitik ingin membuat kalimat semacam untuk dirinya,
maka sambil mengulek rujak cingur, ia bergumam :

“Mbak Mega yang sedang mengulek rujak cingur ini adalah
wanita yang tak mampu membeli aksesori wanita
apalagi mengongkosi kampanye
Mbak Mega yang sedang mengulek rujak cingur ini adalah
ibu lima anak yang harus tetap tegar ditinggal mati muda suaminya
tanpa warisan, tanpa pensiun, tanpa asuransi,
dan karena tidak punya kemampuan berpolitik,
dan karena tahunya hanya rujak cingur itu disukai orang,
maka mbak Mega menjual rujak cingur......”

Mbak Mega, penjual rujak cinggur, ingin melanjutkan,
tetapi kehabisan kata dan karena itu menjadi pusing sendiri
karena lebih banyak cerita sedihnya daripada kegembiraan,
dan daripada pusing sendiri,
Mbak Mega lalu mempercepat ulekan rujak cingurnya,
biar pembeli cepat merasakan
biar pembeli puas lalu cepat membayarnya

Namun pikirian Mbak Mega, penjual rujak cingur tak mau diam,
terus dan terus mencari jawab atas siapa dirinya.
Tetapi sesaat kemudian Mbak Mega, penjual rujak cingur,
tiba-tiba tersentak ketika hatinya bicara
bahwa semua orang pemilik nama Mega
adalah sama saja di hadapan Tuhan yang menciptakannya,
kecuali perbuatannya dalam berlomba-lomba berbuat kebajikan
dan karena itu Mbak Mega, penjual rujak cingur,
makin cepat lagi mengulek rujak cingurnya,
ingin berlomba dengan mbak Mega yang ada difoto itu
untuk sama-sama memanfaatkan cingur
yang satu untuk diuleg dan kemudian dimakan
yang satu untuk didengarkan apa yang jadi misinya buat bumi nusantara ini.

Sastrawan Batangan, Maret 2009

Catatan : cingur = moncong , rujak cingur = makanan pedas Jawa Timur (Surabaya dan sekitarnya) yang bumbunya didominasi petis sehingga berwarna kehitaman dan salah satu lauk yang ada di dalamnya adalah kulit moncong (cingur) sapi. Cingur (moncong) di Jawa Timur dapat diartikan sebagai mulut yang digunakan untuk berbicara. Sehingga dalam perbincangan sehari-hari sering terdengar .....”Cingurmu” yang berarti ”mulutmu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar