Selasa, 22 September 2009

Harap Kamu Catat Ini, Anakku

Aku dan generasiku mewarisi banyak kebiasaan masa lalu,
kebiasaan yang meliputi bangsa kami,
yang mau tak mau mesti kami tonton,

bahkan sering kami tak kuasa untuk tidak mengikutinya.
Tapi manakala kami sadar dan paham, kami perlu memberitahumu, anakku
Maka harap kamu catat ini,
agar kamu dan generasimu tahu
mana yang lurus, mana yang bengkok.


Bukankah di masa kecilmu telah kuajarkan
agar kamu membiasakan diri tertib tidak rebutan,
Tetapi di luar sana di dewasa kamu,
kamu melihat kebiasaan menjadi fakta di hari-hari hidupmu,
kebiasaan orang berebutan sekolah,
kebiasaan orang berebutan pekerjaan,
kebiasaan orang berebutan jabatan,
kebiasaan orang berebutan tanah,
kebiasaan orang berebutan lapak untuk berjualan,
kebiasaan orang berebutan pembagian BLT, sedekah dan zakat,
kebiasaan orang berebutan apa saja agar cepat dan segera dapat bagian.
Apakah ini akibat rebutan tumpeng yang ditradisikan oleh raja-raja dulu
dan tetap dipelihara oleh kraton-kraton sampai sekarang ini ?


Maka apapun sebabnya,
janganlah terpesona sehingga kamu hanya menjadi penonton saja,
janganlah kecewa karena kamu tidak dapat bagian
janganlah sok idealis sehingga kamu hanya bergunjing dan berwacana saja
janganlah sakit hati sehingga kamu menjadi teroris
karena menjadi penonton, kecewa, bergunjing dan berwacana adalah sama.
Sama-sama tidak menyelesaikan masalah,
apalagi menambah masalah dengan menjadi teroris


Lalu apa sebaiknya, anakku ?
Sederhana saja, sebagaimana Sang Pencipta Semesta Alam dengan sederhana berpesan
bahwa dengan selalu segera ingat Dia,
selalu segera mempelajari risalahNya,
selalu segera memberi dan memberikan kebaikan untuk meneruskan kasihsayangNya,
selalu segera menganjurkan kebaikan
tanpa minta hasilnya harus terwujud segera,
tanpa minta upah kecuali dariNya
Itulah yang akan menyelamatkanmu,
dan itulah yang perlu segera kamu lakukan


Maka harap kamu catat ini, anakku
agar kamu dan generasimu tahu
mana yang lurus, mana yang bengkok,


Hikmah bersilaturahmi selama Lebaran 1430 H),
Cibinong, 23 September 2009
Sastrawan Batangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar