Minggu, 22 Maret 2009

Kebelet


Susah kalau sedang dipeluk kebelet,
lha wong namanya kebelet,
maka memang wajar kalau ada yang kebelet
lalu tanpa tengok kiri-kanan,
ia buru-buru pergi ke belakang.


Sulit kalau sedang diserbu kebelet,
lha wong namanya kebelet,
maka memang wajar kalau ada yang kebelet,
lalu tanpa hirau undang-undang, tanpa lihat etika,
tanpa kompromi anak-isteri, ia
bergelap-gelapan di tempat gelap,
bergelap-gelapan di tempat terang namun beralamat gelap,
bergelap-gelapan di tempat terang beralamat terang
namun berlindung dengan identitas gelap
di mana saja, kapan saja, apa saja yang tidak seluruhnya terang.

Susah kalau sedang diterpa kebelet,
lha wong namanya kebelet,
maka
kebelet punya lalu mengutil, kutilan besar kutilan kecil,
kebelet marah lalu menempeleng, tempelengan besar tempelengan kecil,
kebelet tak mau kalah lalu bicara, bicara besar bicara kecil.

Itu semua adalah cerita tentang kebelet,
dan kebelet, kata Mas Jon Balekon, tidak pandang bulu
karena ia milik semua makhluk berjiwa.

SastrawanBatangan, 20 Oktober 1996/22 Maret 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar