Selasa, 10 Maret 2009

Koleksi Bangga

Koleksi itu sama dengan barang,
bisa cincin, bisa perangko,
bisa mobil, bisa motor,
bisa binatang, bisa alat perang,
bisa barang bekas milik orang terkenal,
bisa yang lain.


Koleksi itu sama dengan bersedia berpayah-payah
dan karena itu
ada yang mau menyabung nyawa
menyelusup ujung dunia hanya untuk memburu koleksi.

Koleksi itu sama dengan harta milik yang perlu dijaga
dan karena itu ada yang rela marah
kepada orang
yang tak sengaja merusak koleksinya.

Koleksi memang alamiah dan itu adalah bangga,
yang bisa disimpan,
yang bisa dipamerkan,
yang bisa diceritakan

Maka tidaklah heran ketika seorang teman bilang bahwa temannya,
seorang pelaut mengkoleksi “jembut” banyak pelacur di kota-kota pelabuhan
tempat kapalnya bersandar,
ada pirang, ada hitam legam, ada ikal.
Sang pelaut tak sanggup mengkoleksi kapal.
Koleksi kapal adalah milik pengusaha kapal.
Karena ia perlu koleksi,
tanda kebanggaan,
yang bisa disimpan,
yang bisa diceritakan,
maka ia cukup mengkoleksi “jembut” saja.
Murah meriah.

Namun ada koleksi lain,
bukan barang,
bukan untuk dibanggakan,
bukan untuk dipamerkan,
bukan untuk diceritakan.
Koleksi para manusia
yang ingin hidupnya utuh,
selamat dan sejahtera sepanjang masa.
Ia adalah kalimat-kalimat suruhan dan larangan,
kalimat-kalimat peringatan
dan
berita gembira tentang hidup,
yang harus terus dipelajari lalu dilakoni

Jakarta, 26 Oktober 1996
SastrawanBatangan

Catatan :
Mohon maaf, jangan diartikan sebagai suatu hal yang jelek, sebab ini memang fakta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar