Senin, 16 November 2009

Sudah Lumrah Di Negeri Atas Nama Ini

Sudah ada sebelum negeri ini dijajah,
ketika atas nama Tuhan, raja memvonis mati orang yang berontak beserta anak turunnya,
ketika atas nama raja, adipati memintapaksa anak perawan salah satu bawahannya,
ketika atas nama adipati, tumenggung menyuruh kakekmu menggempur kakekmu yang lain
ketika atas nama tumenggung, ki lurah berani menyerobot tanah salah satu moyangku
dan itu semua akhirnya dilumrahkan saja,
meski ada yang ditangkap, terluka dan mati karena menyanggah.


Sudah ada selama negeri ini dijajah,
ketika - atas nama kompeni, raja memvonis mati bapaknya yang tak mau turun tahta,
ketika atas nama raja, adipati memintapaksa upeti dari bawahannya,
ketika atas nama adipati, tumenggung meminta kakek kita mau menanami tanaman standar kompeni,
ketika atas nama tumenggung, ki lurah berani menyerobot tanah salah satu moyangku,
dan itu semua akhirnya dilumrahkan saja,
meski ada yang ditangkap, terluka dan mati karena menyanggah.

Sudah lumrah yang dulu berlangsung teruslah berlangsung,
di negeri yang sudah merdeka ini
ketika atas nama Tuhan, muncul halal-haram mendahului ridha Tuhan,
ketika atas nama pimpinan, ada transfer dana tanpa jelas untuk apa,
ketika atas nama atasan, siapa pemenang tender dan siapa yang ditunjuk bisa diatur,
ketika atas nama bos, sedikit orang menjadi lebih penting daripada banyak orang.
Semuanya maklum,
mengelus dada sambil tersenyum,
senyum sendiri-sendiri,
senyum massal tanpa janjian,
dan senyum seperti itu sendiri,
sudah lumrah pula di negeri atas nama ini.

Sastrawan Batangan, 16 Februari 2002/16 November 2009

http://www.sastrawanbatangan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar