Jumat, 16 Oktober 2009

Dagelan Insinyur


Tahun duaribu lebih sekian,
kawanku, seorang insinyur lulusan universitas yang kondang,
hanya tertawa kecil namun girang,
ketika ditanya mengapa berpolitik, apakah ia sudah cukup uang,

padahal dulu selama Presiden Soeharto belum tumbang,
asyiklah dia, sibuklah dia, mengejar proyek penghasil uang.

Kawanku, seorang insinyur lulusan universitas yang kondang,
hanya menjawab sederhana dan gamblang,
bahwa sebelum ini ia hanya sekadar menonton para badut dimainkan dalang,
di parlemen yang ditabukan berbicara sumbang,
dan kini, ia ingin merasakan bagaimana sih menjadi badut yang ditonton orang,
mumpung bicara lantang belum dilarang.

Dan benar,
kawanku, seorang insinyur lulusan universitas yang kondang
yang kemudian terpilih, harus mengumbar tawa dan senyum riang
walaupun badan sedang meriang
menjawab pertanyaan wartawan yang bergerombol datang
menjawab rombongan demonstran yang sering tanpa sungkan bicara lantang

Tahun duaribu lebih sekian,
kawanku, seorang insinyur lulusan universitas yang kondang,
hanya tersenyum kecut namun kemudian tertawa terkekeh-kekeh panjang,
ketika ditanya mengapa ia mundur dari parlemen yang kini galaknya bukan kepalang
ia menjawab singkat bahwa partainya menyuruhnya hengkang
karena dua kali tertidur di bangku sidang
kali pertama saat rekan-rekannya bersilat lidah berpanjang-panjang,
hanya untuk menyepakati sebuah kalimat di antara ribuan kalimat calon undang-undang,
kali kedua saat teman-temannya berdebat dengan urat otot yang meregang
hanya untuk memilih sebuah nama calon direktur BUMN yang basah beruang

Tahun duaribu lebih sekian,
kawanku, seorang insinyur lulusan universitas yang kondang,
dengan wajah sumringah, kembali asyik sibuk mengejar proyek penghasil uang,
dengan daftar relasi penting yang makin bertambah panjang,
yang tiap saat bisa terhubung tanpa protokoler panjang
lumayan, kata dia, itulah hasil menjadi badut di negeri yang belum berhenti bergoyang.

2009-04-28
Sastrawan Batangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar