Jumat, 23 Oktober 2009

Mas Kumambang Sudah Makin MenJingga


Mas kumambang sudah lama tidak lagi kuning,
ketika menghilir kali lewat desa dan kota menuju pesisir.
Ia makin menjingga,
dilumuri limbah kimia pabrik-pabrik,
diciprati karat-karat besi-besi tua,
dililiti plastik-plastik kresek warna-warni,
dikotori sampah rumahan yang busuk menghitam.
Maka tidaklah heran ada yang bilang
sensor pencemaran lingkungan,
adalah mas kumambang
yang tiap hari kompal-kampul di aliran kali,
menghilir menuju pesisir.

Mas kumambang sudah lama tidak lagi kuning,
ketika keluar dari celah-celah bokong orang-orang kota.
Ia makin menjingga, ,
diselimuti lemak makanan cepat saji,
disisipi sayatan kecil daging ayam negeri,
tidak banyak lagi serpihan
daun kangkung,
daun pepaya,
daun katu,
daun bayam
dan daun simbukan,
seperti dulu.
Maka tidaklah heran ada yang bilang
indikator kerusakan tubuh penghuni kota
adalah mas kumambang
yang tiap hari makin banyak masuk
ke dalam lubang tampungan

Ohoooo mas kumambang
tidaklah sia-sia ada kamu,
di balik pengukmu, tengikmu, anyirmu, amismu,
di balik kuningmu yang kini semakin menjingga
ada sensor
ada indikator,
seberapa cemar lingkungan
seberapa rusak tubuh penghuni kota.
Ohoooo mas kumambang.

Sastrawan Batangan, 20 Oktober 1996/23 Oktober 2009

http://www.sastrawanbatangan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar