Jumat, 16 Oktober 2009

Mas Kojur Menggadai Jujur


Mas Kojur,
sejak lama ikut nasehat agar tak mudah tergiur,
dunia gemerlap di selatan, utara, barat dan timur.
dan karena jujur,
mas Kojur seakan tak peduli urusan dapur,

yang suka berteriak, belum cukup lauk dan sayur.
dan karena jujur,
mas Kojur seakan tak peduli sering terbentur,
kiri-kanan yang lebih mengedepankan hidup makmur.

Berkali-kali anak dan isteri mas Kojur sambat,
bahwa mereka terlalu melarat,
dibandingkan sekelilingnya yang aduhai hebat.
Tetapi mas Kojur tetap bersikukuh tidak mau khianat
pada wasiat luhur karena takut kualat.

Karena kurang uang,
maka isterinya menjadi makin sering berang
cumbu sayang terasa hilang diganti meradang,
mas Kojur pun jatuh cinta pada perempuan lajang
yang mau melipur laranya sampai ke sumsum tulang
dan mas Kojurpun kawin tanpa bilang-bilang
dan jadilah dia mabuk kepayang.

Waktu berganti, tempo berlalu
mas Kojurpun sadar bahwa dapurnya tidak lagi satu,
yang harus dijaga berkebul setiap waktu.
dan terpaksa, mas Kojurpun menggadaikan sang jujur,
yang telah dipupuknya sepanjang umur.
dan
semuanya memang berbalik karena berubah menjadi makmur.
isteri pertama senang,
yang bukan berarti berangnya lalu hilang
isteri keduanya juga riang,
mana ada perempuan tak mau hidup senang
dan makin terbuailah mas Kojur ke awang-awang.

Namun akhirnya anak dan isterinya menangis
ketika mas Kojur diborgol masuk penjara sembari meringis,
sementara tetangga dan kawannya hanya senyum sinis
saat palu diketuk tanda resmi vonis,

Lantas di sisa umur, setelah keluar dari penjara,
mas Kojur menulis untuk anak-cucunya :
“janganlah karena jujur lantas terbentur”,
“janganlah takabur karena jujur”
“janganlah urusan dapur dan nafsu mengalahkan jujur”
dan
“janganlah kaya karena tidak jujur”

sastrawanbatangan, april 2009
http://sastrawanbatangan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar