Rabu, 21 Oktober 2009

Lebih Bijak Setelah SBY


Siapapun presiden sesudah SBY, seharusnya lebih bijak,
mestinya sudah belajar banyak
dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Mbak Mega dan SBY sendiri,
mestinya sudah tamat memelototi sejarah
Sriwijaya, Singasari, Majapahit, Aceh, Hasanuddin, Sultan Agung, dan masih banyak lagi deretan tokoh bumi Nusantara yang amat beragam ini,

bahkan
mestinya sudah pula usai menekuni
riwayat maju dan hancurnya bangsa-bangsa di dunia

Sriwijaya, Singasari, Majapahit adalah keberhasilan ekspansi sekaligus kegagalan membentuk kelestarian nasionalisme Indonesia
Aceh adalah kegagahan berjuang di utara sekaligus kegagalan dukungan selatan untuk melawan Portugis dan Belanda
Sultan Agung adalah keberhasilan pengerahan masa menyerbu Batavia sekaligus kekurangpintaran berstrategi perang
Hasanuddin adalah keheroismean Sulawesi yang menyebar ke Jawa, Maluku dan Nusatenggara sekaligus kekurangkompakan menghadapi pedagang Eropa bersenjata
Soekarno-Hatta adalah keberhasilan merdeka dan manuver bandul berimbang di arena global sekaligus rapuhnya negeri oleh pertikaian politik
Soeharto adalah keberhasilan strategi stabilitas untuk membangun sekaligus rusaknya moral oleh KKN diam-diam
Habibie adalah keberhasilan sejenak awal reformasi sekaligus sedihnya ahli waris para pejuang Timor Timur
Gus Dur adalah keberhasilan LSM dan kaum bersarung untuk tampil resmi memberi kontribusi sekaligus belum siapnya demokratisasi total
Mbak Mega adalah keberhasilan wong cilik sekaligus belum siapnya daerah berotonomi,
SBY-JK adalah keberhasilan duet pilihan langsung rakyat penyebab koruptor pusing tujuh keliling sekaligus masih mahalnya biaya berpilkada

Dan karena itu
siapapun presiden sesudah SBY, mestinya lebih bijak
dalam menggiring masa
agar bersatu, berdisiplin dalam semangat nasional
untuk merencana dan melaksanakan tindakan komprehensif yang tidak compang-camping
tanpa ada KKN,
tanpa ada de-demokratisasi,
tanpa ada sentralisasi,
tanpa ribut pemilu
tanpa mahal pilkada
tanpa harus bolak-balik mengganti papan nama kementerian
tanpa harus berantre panjang membeli kebutuhan dasar
tanpa harus memelototi si kaya agar peduli si miskin
tanpa harus menjadikan si miskin selalu menengadahkan tangannya kepada si kaya
karena presiden mampu
memberdayakan semua lapisan rakyatnya
si kaya memberdayakan dirinya
untuk memberdayakan si miskin
dan memang sulit
tapi itulah tantangan
bagi siapapun presiden negeri ini
sampai kapanpun

SastrawanBatangan, Maret 2009
http://sastrawanbatangan.blogspot.com
http://mariberposdaya.co.cc


Tidak ada komentar:

Posting Komentar