Jumat, 16 Oktober 2009

Idealisme Badut


Sang bapak penuh semangat memberi nasehat anaknya :

Idealisme tak boleh ditukar
dan karena itu
Pattimura, Imam Bonjol dan sebangsanya rela mengangkat senjata melawan koloniaL.
Idealisme tak boleh dibeli,
dan karena itu
Soekarno, Hatta dan kawan-kawannya dengan tegar hati mau dipenjara.
Idealisme nasional-sosial religius tak boleh lapuk dan harus selalu tergetar
dan karena itu
panji-panji pemersatu mesti selalu dijaga dan dikumandangkan
agar insan Indonesia selalu sadar dan mau berbhineka tunggal ika
lalu bersinergi mengatasi kemiskinan dan kebodohan bangsanya
tidak hanya di lingkungan besar saja
namun juga di lingkungan kecil RT, RW dan desanya
Idealisme tak boleh dikangkangi hawa nafsu
dan karena itu
harus selalu diberi akal,
agar tidak berwajah sangar, merusak dan bertindak brutal”

Sang anak, yang khidmat mendengarkan, tersentak
ketika sang bapak menghentikan kata-katanya,
lalu memakai topeng badut, menari-nari,
sesekali menunggingkan pantatnya,
sesekali menjulurkan lidahnya,
sesekali mengepalkan tinjunya.

Sang anak bilang bapaknya lucu
dan
bertanya apa hubungan idealisme dengan badut.

Sang bapak menjelaskan kepada anaknya :

“Idealisme itu perlu dilakukan di balik topeng,
sambil berlagak lucu seperti badut.
Hanya dengan itu
idealisme tidak bertabrakan
yang lantas
memakan korban”

SastrawanBatangan,
Cibinong, 10 November 1996/Maret 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar