Rabu, 14 Oktober 2009

Pas


Tidak mudah “pas” ketika harus memberi perut dengan makanan agar badan sehat dan produktif,
tidak mudah “pas” ketika harus mengajar anak agar kelak santun terhadap sesama hidup,

tidak mudah “pas” ketika berkata yang baik kepada isteri,
tidak mudah “pas” ketika harus menyampaikan yang bermakna kepada orang lain,

Dan karena tidak mudah “pas”,
badanpun menjadi sakit didesak gumpalan lemak,
jantungpun menjadi berdegup, dikerubut tumpukan depresi,
kawanpun menjadi musuh, karena persoalan duwit,
orang lainpun menjauh, karena kata-kata yang menyinggung,
anakpun menjadi binal, karena tidak ada kesempatan bicara tatakrama hidup,
suamipun menjadi mata keranjang, karena isterinya lupa menyediakan keranjang untuk matanya
dan yang lebih-lebih menjadikan sedih,
tak ada sinar petunjuk sedikitpun,
yang mampu menyadarkan diri sendiri
bahwa hidup itu perlu “pas”

Sastrawan Batangan, Jakarta 26 Oktober 1996/Bogor 28 September 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar