Jumat, 23 Oktober 2009

Sebut-sebutlah Tetangga Setiap Kali Ada Seremoni


Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, walikota, Bupati
pilihan rakyat yang terhormat,
adalah wajar jika di lima tahun jabatanmu yang singkat,
rakyatmu memberi pesan untuk diingat,
agar jangan berambisi kemakmuran negeri teraih di masa rezimmu
agar jangan mimpi kesejahteraan bangsa tercapai di masa jabatanmu
agar jangan pula emosi semua persoalan habis tuntas di masa pemerintahanmu.
Berambisilah, bermimpilah dan bersunguh-sunguhlah
agar persoalan mendasar yang disepelekan di negeri ini,
yang belum beres-beres
walau berganti-ganti rezim pimpinan dan wakil rakyat
dapat mulai diselesaikan serempak di masamu,
yang semoga pula menjadi standar
untuk diteruskan para penggantimu,
siapapun mereka.

Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, walikota, Bupati,
pilihan rakyat yang terhormat,
persoalan mendasar yang disepelekan di negeri ini,
adalah menyusutnya tradisi peduli mengurusi tetangga miskin
bersamaan dengan makin jadi kotanya kampung-kampung dan desa-desa
yang bersamanya menguap kebiasaan beras jimpitan,
yang bersamanya terkikis kepedulian pada balita dan ibu hamil miskin
yang bersamanya tergerus perhatian pada jompo-jompo melarat
yang bersamanya makin tidak diacuhkannya posyandu swadaya
dan masih banyak lagi,
walaupun harus bersyukur
masih ada tradisi mengantar jenazah tetangga,
mungkin karena tidak tega membiarkannya berjalan sendiri ke kuburan,

Hilang, lenyap, musnah, menguap tradisi peduli tetangga
diganti mesin-mesin birokrasi,
yang dikatakan lebih efisien
yang disebut-sebut lebih profesional,
tetapi inilah kenyataan yang perlu diungkap,
betapa dari 230 juta rakyat,
ada sepertujuh alias 30 jutaan rakyat miskin,
dari 30 jutaan rakyat miskin, ada 4 juta anak miskin
dari 4 juta anak miskin,
ada 700 ribuan anak miskin yang benar-benar kurang gizi,
dan mesin-mesin birokrasi hanya sanggup per tahun menangani
hanya 30 ribuan dari 700 ribuan anak yang benar-benar kurang gizi.
Apakah mesin-mesin birokrasi sanggup mencegah
agar sisanya yang masih jutaan itu tidak kurang gizi,
yang di kala besarnya akan menjadi tidak produktif lantas menjadi beban anak cucu ?
Atau dibiarkan saja yang nanti di kala dewasanya akan bodoh,
yang kalau emosional akan merusak hasil pembangunan ?
Lalu siapa yang peduli sisanya
kalau tidak enam per tujuh tetangganya sendiri?

Karena suaramu lebih di dengar
dan karena engkau sering beranjangsana,
sering turba, sering hadir di seremoni,
meresmikan rangkaian kereta api baru, jembatan baru, pabrik baru, jalan tol baru,
melantik pejabat baru,
meresmikan dan melantik apa saja yang mengharuskan datangmu,
tidak ada masalah bukan kalau kau sebut-sebut beras jimpitan?
tidak ada masalah bukan kalau kau sebut-sebut posyandu?
tidak ada masalah bukan kalau kau sebut-sebut perlu bareng peduli tetangga melarat ?
Sebut-sebutlah itu di setiap kali ada seremoni,
agar tertancap di benak rakyat yang kini dibombardir iklan-iklan konsumsi nikmat
agar tidak terlupa oleh hiruk pikuk agenda kegiatan yang membuatmu kurang banyak bubuk

Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, walikota, Bupati,
pilihan rakyat yang terhormat,
di tumpukan urusanmu yang sedemikian banyak, komplek dan rumit itu
mungkin akan engkau anggap sepele urusan mendasar ini.
Tapi percayalah jika persoalan ini engkau tuntaskan,
engkau dan rakyatmu akan melenggang kencang menyelesaikan urusan-urusan besar
engkau dan rakyatmu akan dapat bintang dari yang maha kuasa,
karena engkau dan rakyatmu menetapi salah satu dari banyak kalimat perintahNya :
”Berbuat baik kepada tetangga dekat, tetangga jauh,
memberi dan menganjurkan memberi orang miskin di kala lapang dan sempit”,
yang tidak hanya berlaku bagi individu biasa,
tetapi buat siapa saja yang merasa manusia.

Maka sebut-sebutlah di mana saja setiap kali ada seremoni,
agar ingat, agar mau, agar serempak peduli
tetangga yang belum sejahtera,
karena siapa yang lebih cepat bereaksi dan peduli
kalau bukan tetangganya sendiri,
karena siapa yang bertanggung jawab di kala mati,
kalau bukan diri sendiri.

Sastrawan Batangan, 24 Oktober 2009
Diilhami oleh QS 51:55 dan QS 107: 1-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar